|
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS BILANGAN PEROKSIDA DAN
BILANGAN ASAM
|
Kelompok 17
|
|
Aulia
Wibiksana
|
51153210976
|
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
|

Landasan Teori
A.
Bilangan Peroksida
Angka peroksida atau bilangan peroksida merupakan suatu metode yang biasa
digunakan untuk menentukan degradasi minyak atau untuk menentukan derajat
kerusakan minyak.
Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah
mengalami oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi
tingkat oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak
jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa
peroksida. Cara yang sering digunakan untuk menentukan angka peroksida
adalah dengan metoda titrasi iodometri. Penentuan besarnya angka peroksida
dilakukan dengan titrasi iodometri.
Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan
peroksida. Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar
peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi
lemak. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah
mengalami oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan selalu berarti
menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini. Angka peroksida rendah bisa
disebabkan laju pembentukan peroksida baru lebih kecil dibandingkan dengan laju
degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat kadar peroksida cepat mengalami
degradasi dan bereaksi dengan zat lain Oksidasi lemak oleh oksigen terjadi
secara spontan jika bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan
kecepatan proses oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan kondisi
penyimpanan. Minyak curah terdistribusi tanpa kemasan, paparan oksigen dan
cahaya pada minyak curah lebih besar dibanding dengan minyak kemasan. Paparan
oksigen, cahaya, dan suhu tinggi merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi
oksidasi. Penggunaan suhu tinggi selama penggorengan memacu terjadinya oksidasi
minyak. Kecepatan oksidasi lemak akan bertambah dengan kenaikan suhu dan
berkurang pada suhu rendah.
Peroksida adalah larutan berair dari hidrogen peroksida (HOOH or H2O2),
senyawa yang dijual sebagai disinfektan atau pemutih ringan. Biasanya hidrogen
peroksida yang dijual secara komersial adalah larutan encer yang berisi sedikit
stabilizer, dalam botol kaca atau polietilena untuk menurunkan tingkat
dekomposisi. 6% (w/v) hidrogen peroksida dapat merusak kulit, menimbulkan
bisul-bisul putih yang disebabkan oleh gelembung oksigen.
Peroksida terbentuk pada tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini hidrogen
diambil dari senyawa oleofin menghasikan radikal bebas. Keberadaan cahaya dan
logam berperan dalam proses pengambilan hidrogen tersebut. Radikal bebas yang terbentuk
bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi, selanjutnya dapat mengambil
hidrogen dari molekul tak jenuh lain menghasilkan peroksida dan radikal bebas
yang baru.
Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang tidak
dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida lebih dari 100 meq
peroksid/kg minyak akan bersifat sangat beracun dan mempunyai bau yang tidak
enak. Kenaikan bilangan peroksida merupakan indikator bahwa minyak akan
berbau tengik.
Dalam kimia organik
peroksida adalah suatu gugus fungsional dari sebuah molekul organik yang
mengandung ikatan tunggal oksigen-oksigen (R-O-O-R'). Jika salah satu dari R
atau R' merupakan atom hidrogen, maka senyawa itu disebut hidroperoksida
(R-O-O-H). Radikal bebas HOO• disebut juga radikal hidroperoksida, yang
dianggap terlibat dalam reaksi pembakaran hidrokarbon di udara.
Peroksida organik juga cenderung terurai membentuk radikal RO•, yang berguna sebagai katalis dalam berbagai reaksi polimerasi, seperti resin poliester yang digunakan dalam glass-reinforced plastic (GRP). MEKP (metil etil keton peroksida) biasanya digunakan untuk tujuan ini.
Dalam kimia anorganik, ion peroksida adalah anion O22−, yang juga memiliki ikatan tunggal oksigen-oksigen. Ion ini bersifat amat basa, dan sering hadir sebagai ketidakmurnian dalam senyawa-senyawa ion. Peroksida murni yang hanya mengandung kation dan anion peroksida, biasanya dibentuk melalui pembakaran logam alkali atau logam alkali tanah di udara atau oksigen. Salah satu contohnya adalah natrium peroksida Na2O2.
Ion perokida mengandung dua elektron lebih banyak daripada molekul oksigen. Menurut teori orbital molekul, kedua elektron ini memenuhi dua orbital π* (orbital antiikatan). Hal ini mengakibatkan lemahnya kekuatan ikatan O-O dalam ion peroksida dan peningkatan panjang ikatannya: Li2O2 memiliki panjang ikatan 130 pm dan BaO2 147 pm. Selain itu, hal ini juga menyebabkan ion peroksida bersifat diamagnetik.
Hidrogen peroksida (H2O2) adalah cairan bening, agak lebih kental daripada air, yang merupakan oksidator kuat. Sifat terakhir ini dimanfaatkan manusia sebagai bahan pemutih (bleach), disinfektan, oksidator, dan sebagai bahan bakar roket.
Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 ditemukan oleh Louis Jacques Thenard di tahun 1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2). Teknologi yang banyak digunakan di dalam industri hidrogen peroksida adalah auto oksidasi Anthraquinone.
H2O2 tidak berwarna, berbau khas agak keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Dalam kondisi normal (kondisi ambient), hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju dekomposisi kira-kira kurang dari 1% per tahun.
Mayoritas pengunaan hidrogen peroksida adalah dengan memanfaatkan dan merekayasa reaksi dekomposisinya, yang intinya menghasilkan oksigen. Pada tahap produksi hidrogen peroksida, bahan stabilizer kimia biasanya ditambahkan dengan maksud untuk menghambat laju dekomposisinya. Termasuk dekomposisi yang terjadi selama produk hidrogen peroksida dalam penyimpanan. Selain menghasilkan oksigen, reaksi dekomposisi hidrogen peroksida juga menghasilkan air (H2O) dan panas. Reaksi dekomposisi eksotermis yang terjadi adalah sebagai berikut:
H2O2 ----> H2O + 1/2O2 + 23.45 kcal/mol
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah:
1. Bahan organik tertentu, seperti alkohol dan bensin
2. Katalis, seperti Pd, Fe, Cu, Ni, Cr, Pb, Mn
3. Temperatur, laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 x setiap kenaikan 10oC (dalam range temperatur 20-100oC)
4. Permukaan container yang tidak rata (active surface)
5. Padatan yang tersuspensi, seperti partikel debu atau pengotor lainnya
6. Makin tinggi pH (makin basa) laju dekomposisi semakin tinggi
7. Radiasi, terutama radiasi dari sinar dengan panjang gelombang yang pendek
Hidrogen peroksida bisa digunakan sebagai zat pengelantang atau bleaching agent pada industri pulp, kertas, dan tekstil. Senyawa ini juga biasa dipakai pada proses pengolahan limbah cair, industri kimia, pembuatan deterjen, makanan dan minuman, medis, serta industri elektronika (pembuatan PCB).
Peroksida organik juga cenderung terurai membentuk radikal RO•, yang berguna sebagai katalis dalam berbagai reaksi polimerasi, seperti resin poliester yang digunakan dalam glass-reinforced plastic (GRP). MEKP (metil etil keton peroksida) biasanya digunakan untuk tujuan ini.
Dalam kimia anorganik, ion peroksida adalah anion O22−, yang juga memiliki ikatan tunggal oksigen-oksigen. Ion ini bersifat amat basa, dan sering hadir sebagai ketidakmurnian dalam senyawa-senyawa ion. Peroksida murni yang hanya mengandung kation dan anion peroksida, biasanya dibentuk melalui pembakaran logam alkali atau logam alkali tanah di udara atau oksigen. Salah satu contohnya adalah natrium peroksida Na2O2.
Ion perokida mengandung dua elektron lebih banyak daripada molekul oksigen. Menurut teori orbital molekul, kedua elektron ini memenuhi dua orbital π* (orbital antiikatan). Hal ini mengakibatkan lemahnya kekuatan ikatan O-O dalam ion peroksida dan peningkatan panjang ikatannya: Li2O2 memiliki panjang ikatan 130 pm dan BaO2 147 pm. Selain itu, hal ini juga menyebabkan ion peroksida bersifat diamagnetik.
Hidrogen peroksida (H2O2) adalah cairan bening, agak lebih kental daripada air, yang merupakan oksidator kuat. Sifat terakhir ini dimanfaatkan manusia sebagai bahan pemutih (bleach), disinfektan, oksidator, dan sebagai bahan bakar roket.
Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 ditemukan oleh Louis Jacques Thenard di tahun 1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2). Teknologi yang banyak digunakan di dalam industri hidrogen peroksida adalah auto oksidasi Anthraquinone.
H2O2 tidak berwarna, berbau khas agak keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Dalam kondisi normal (kondisi ambient), hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju dekomposisi kira-kira kurang dari 1% per tahun.
Mayoritas pengunaan hidrogen peroksida adalah dengan memanfaatkan dan merekayasa reaksi dekomposisinya, yang intinya menghasilkan oksigen. Pada tahap produksi hidrogen peroksida, bahan stabilizer kimia biasanya ditambahkan dengan maksud untuk menghambat laju dekomposisinya. Termasuk dekomposisi yang terjadi selama produk hidrogen peroksida dalam penyimpanan. Selain menghasilkan oksigen, reaksi dekomposisi hidrogen peroksida juga menghasilkan air (H2O) dan panas. Reaksi dekomposisi eksotermis yang terjadi adalah sebagai berikut:
H2O2 ----> H2O + 1/2O2 + 23.45 kcal/mol
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah:
1. Bahan organik tertentu, seperti alkohol dan bensin
2. Katalis, seperti Pd, Fe, Cu, Ni, Cr, Pb, Mn
3. Temperatur, laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 x setiap kenaikan 10oC (dalam range temperatur 20-100oC)
4. Permukaan container yang tidak rata (active surface)
5. Padatan yang tersuspensi, seperti partikel debu atau pengotor lainnya
6. Makin tinggi pH (makin basa) laju dekomposisi semakin tinggi
7. Radiasi, terutama radiasi dari sinar dengan panjang gelombang yang pendek
Hidrogen peroksida bisa digunakan sebagai zat pengelantang atau bleaching agent pada industri pulp, kertas, dan tekstil. Senyawa ini juga biasa dipakai pada proses pengolahan limbah cair, industri kimia, pembuatan deterjen, makanan dan minuman, medis, serta industri elektronika (pembuatan PCB).
B.
Bilangan
Asam
Dalam
banyak literatur ilmiah dipakai istilah lipid yang berarti lemak, minyak atau
unsur yang menyerupai lemak yang didapat dalam pangan dan digunakan dalam
tubuh. Lemak mengandung lebih banyak karbon dan lebih sedikit oksigen dari pada
karbohidrat. Oleh karena itu lebih banyak mempunyai nilai tenaga (Sudarmadji,
1989).
Minyak merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi kebutuhan tubuh manusia. Selain itu minyak juga merupakan sumber energi dimana satu gram minyak dapat menghasilkan 9 kkal (Winarno, 2002). Minyak (nabati) mengandung asam lemak tak jenuh dan beberapa asam lemak esensial seperti asam olet, linolet dan linolenat (Ketaren, 1986).
Minyak berperan penting bagi pengolahan bahan pangan, kerena minyak mempunyai titik didih yang tinggi (±200oC). Oleh karena itu minyak dapat digunakan untuk menggoreng makanan sehingga bahan yang digoreng menjadi kehilangan kadar air dan menjadi kering. Selain itu pula minyak dapa juga memberikan rasa yang gurih dan aroma yang spesifik (Sudarmaji, 1996).
Kandungan asam lemak bebas dalam minyak yang bermutu baik hanya terdapat dalam jumlah kecil, sebagian besar asam lemak terikat dalam bentuk ester atau bentuk trigliserida (Keraten, 1986). Minyak kelapa dapat mengalami perubahan aroma dan cita rasa selama penyimpanan. Perubahan ini disertai dengan terbentuknya senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan kerusakan minyak (Ketaren, 1986; Buckle, 1987).
Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lema bebas dalam minyak dan dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam juga merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat terjadi reaksi hidrolisis pada minyak terutama pada saat pengolahan . Asam lemak merupakan struktur kerangka dasar untuk kebanyakan bahan lipid (Agoes, 2008).
Bilangan Asam atau angka asam adalah jumlah miligram KOH (Kalium Hidroksida) yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak. Bilangan Asam dipergunakan untuk mengukur jumlahasam lemak bebas yang terdapat dalam lemak dan minyak.
Bilangan asam adalah ukuran jumlah
asam bebas yang dihitung berdasar bobot molekul asam lemak atau campuran asam
lemak. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH 0,1 N yang
dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram
minyak. Bilangan asam ini menyatakan jumlah asam lemak bebas yang terkandung
dalam minyak, dan biasanya dihubungkan dengan telah terjadinya hidrolisis
minyak berkaitan dengan mutu minyak.
Bilangan
asam = ml KOH x N KOH x 56.1
berat (gram) sampel
Disamping itu, bilangan asam
dinyatakan pula dalam ”derajat asam” atau ”kadar asam”, yakni banyaknya
mililiter larutan KOH 0,1 N yang diperlukan untuk mene-tralkan asam lemak yang
terkandung dalam 100 gram minyak.
Derajat asam = 100 x ml KOH x N KOH
Berat
(gram) sampel
Kadar
asam-asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak dihitung dengan rumus
berikut:
Kadar
asam (acid number) = Bobot molekul asam lemak x ml KOH x N
KOH %
10 x berat (gram) sampel
Berat molekul asam lemak yang dominan dalam
minyak (rata-rata dari campuran asam lemak), untuk minyak kelapa = 205, minyak
kelapa sawit = 263. Sedang untuk minyak lain, selain minyak sawit dan minyak
kelapa, dihitung sebagai asam oleat = 282.
Dari
rumus di atas, faktor 56,1 adalah bobot molekul larutan KOH, jika dipergu-nakan
larutan NaOH untuk titrasinya, maka faktor tersebut menjadi 39,9.
Asam lemak bebas
merupakan hasil degradasi/deesterifikasi/hidrolisis lemak yang dapat
menunjukkan kualitas bahan makanan mulai menurun. Reaksi hidrolisis lemak
adalah sebagai berikut:
Trigiserida + 3 H2O
-->asamlemak + gliserol
Banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam suatu lemak
atau minyak dinyatakan dengan bilangan asam. Bilangan asam merupakan jumlah miligram
KOH yang diperlukan untuk menetralkan asaml emak bebas yang terdapat dalams atu
gram lemak atau minyak. Penetapan bilangan asam dilakukan dengan cara
melarutkan ekstrak lemak dalam alkohol netral panas dan ditambahkan beberapa
tetes fenolftalein sebagaii ndikator. Alkohol netral panas digunakan sebagai
pelarut netral supayat idak mempengaruhi pH karena titrasi ini merupakan
titrasi asambasa. Alkohol dipanaskan untuk meningkatkan kelarutan asam lemak.
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam dengan basa yang menghasilkan garam.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
C17H29COOH + KOH --> C17H29COOK + H2O
Kerusakan minyak secara umum disebabkan oleh proses oksidasi dan hidrolisis. Proses oksidasi dipercepat dengan adanya sinar matahari. Menurut Winarno (2002) menyatakan asam lemak dapat teroksidasi sehingga menjadi tengik. Bau tengik merupakan hasil pembentukkan senyawa-senyawa hasil pemecahan hidroperoksida.
Ketaren (1986) juga
menyatakan bahwa terjadi oksidasi oleh oksigen dari udara bila bahan dibiarkan
kontak dengan udara. Dengan adanya air, minyak dapat terhidrolisis menjadi
gliserol dan asam lemak. Reaksi ini dapat dipercepat dengan adanya basa, asam,
dan enzim-enzim.
Hidrolisis dapat menurunkan mutu minyak
(Winarno, 2002). Kandungan air dalam minyak mampu mempecepat kerusakan minyak.
Air yang ada dalam minyak dapat juga dijadikan sebagai media pertumbuhan
mikroorganisme yang dapat menghidrolisis minyak (Ketaren, 1986).
Penentuan bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak
bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak. Besarnya bilangan asam tergantung dari
kemurnian dan umur dari minyak atau lemak tersebut.
Analisa minyak dan lemak yang umumnya banyak dilakukan
dalam bahan makanan adalah penentuan sifat fisik maupun kimiawi yang khas
mencirikan sifat minyak tertentu sehingga dapat dianalisa dengan bilangan asam
pada suatu sampel.
Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas,
serta dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam
lemak. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang digunakan
untuk menetralkan asam lmak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak.
Bilangan asam yang besar menunjukkan asam lemak
bebas yang besar pula, yang berasal dari hidrolisa minyak atau lemak, ataupun
karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi bilangan asam, maka
makin rendah kualitasnya.
Asam lemak bebas merupakan hasil degradasi/ deesterifikasi/
hidrolisislemak yang dapat menunjukkan kualitas bahan makanan mulai menurun.
Reaksihidrolisis lemak adalah sebagai berikut:
Trigiserida + 3 H2O
--> asam lemak + gliserol
Banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam suatu lemak
atauminyak dinyatakan dengan bilangan asam. Bilangan asam merupakan
jumlahmiligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas
yangterdapat dalam satu gram lemak atau minyak. Penetapan bilangan asam
dilakukan dengan cara melarutkan ekstrak lemak dalam alkohol netral panas
danditambahkan beberapa tetes fenolftalein sebagai indikator. Alkohol netral
panasdigunakan sebagai pelarut netral supaya tidak mempengaruhi pH karena
titrasi inimerupakan titrasi asam basa. Alkohol dipanaskan untuk meningkatkan
kelarutanasam lemak. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam dengan basa yang
menghasilkan garam. Reaksinya adalah sebagai berikut:
C17H29COOH + KOH
--> C17H29COOK + H2O
PENDAHULUAN
A. Waktu dan Pelaksanaan
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Rabu, 26 Oktober 2016 di Laboratorium Kimia Sekolah
Tinggi Perikanan.
B. Tujuan Praktikum
·
Untuk
menguji ketengikan minyak pada sampel
·
Untuk
mengetahui kadar asam lemak pada sampel
C. Alat dan Bahan
Analisis
Bilangan Peroksida
a. Alat
·
Erlenmeyer
tutup asah
·
Timbangan
digital
·
Gelas
ukur
·
Beakker
glass
·
Pipet
tetes
·
Biuret
·
Tissu
b. Bahan
·
Minyak
Bekas 2
gram
·
Kloroform 12 ml
·
Asam
Asetat Glasial 18 ml
·
Larutan
KI jenuh 0.5 ml
·
Aquades 30 ml
·
Larutan
sodium thiosulfat 0.002 N
·
Larutan
indikator pati 1%
c. Prosedur Kerja
·
Masukkan
sampel yaitu minyak 2 gram pada erlenmeyer lalu timbang
·
Sampel
ditambah kloroform 12 ml lalu distirrer
·
Tambah
asam asetat pekat sebanyak 18 ml lalu dikocok sampai sampel larut semua
·
Kemudian
ditambah o.5 ml larutan KI jenuh ditutup dengan cepat dan digoyang 1 menit
·
Sampel
disimpan di tempat gelap 5 menit pada suhu 150C – 250C
·
Setelah
selesai sampel ditambah aquades 30 ml lalu dititrasi dengan larutan sodium
thiosulfat 0.01 N untuk bilangan peroksida lebih dari 12 dan larutan sodium
thiosulfat o.o1 N untuk bilangan peroksida lebih dari 12
·
Goyang
sampel dengan kuat. Jika warna kuning larut hampir hilang, tambahkan indikator
pati 1%
·
Titrasi
sampai berubah warna
Analisis Bilangan Asam
a. Alat
·
Erlenmeyer
tutup asah
·
Timbangan
digital
·
Gelas
ukur
·
Beakker
glass
·
Pipet
tetes
·
Biuret
·
Tissu
·
Water
bath
b. Bahan
·
Minyak
bekas 2 gram
·
Alkohol
95% netral 50 ml
·
Larutan
KOH 0.1 N
·
Indikator
PP 3-5 tetes
c. Prosedur Kerja
·
Timbang
sampel 2 gram ke dalam erlenmeyer tutup asah. Pengujian dilakukan duplo atau 2
kali.
·
Tambahkan
50 ml alkohol 95% lalu tutup
·
Panaskan
dengan water bath sampai larutan asam lemaknya larut, tetapi jangan terlalu panas,
sampai panas ujung jari saja
·
Dinginkan
kemudian tambahkan indikator PP 3 tetes
·
Titrasi
menggunakan KOH sampai berubah warna menjadi pink
·
Tulis
angka titrasi kemudian hitung
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Perhitungan
Bilangan Peroksida
Rumus Bilangan Peroksida 

Keterangan :
Bp :
Bilangan Peroksida Me/Kg
Vs :
Volume sodium thiosulfat sampel ml
Vb :
Volume sodium thiosulfat blanko ml
T :
Konsentrasi sodium yang telah distandarisasi
M :
Massa sampel (gr)
Nt10(1)
Nt10(2)








=
0.01165 K1O3 =0.01143
K1O3
Nt10(3) 



=0.01041
Rata-Rata Nt10

T = 0.01116333
BPA
BPB




= 60 Me/Kg
= 80 Me/Kg
Rata-rata BP


= 75 miliequivalent oksigen aktif/Kg
Kesimpulan :
Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan
bahwa Bilangan peroksida yang didapatkan adalah 75VmEq/mg
B.
Perhitungan
Bilangan Asam
AV

Keterangan :
AV : Bilangan asam (
gr KOH/gr sampel )
T : Normalitas KOH
hasil standarisasi
V : Volume KOH
yang digunakan untuk titrasi
M : Jumlah sampel
yang digunakan
NaOH As. Oksalat = 0.050 gram
V = 100 ml = 0.1 ml
Bilangan Valensi (Be)
=63.035


Grek
=
0.007


Grek = N Oksalat 0.007






N Rata-Rata 


AV1

=3.2538×

AV2





Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa
kadar asam lemak bebas dalam sampel minyak goreng adalah 

Fungsi Penambahan Alkohol
Minyak
kelapa tidak larut dalam air sehingga dibutuhkan alkohol untuk melarutkannya,
karena alkohol adalah pelarut untuk bahan organik. Fungsinya juga untuk
melarutkan lemak dalam sampel agar dapat bereaksi dengan basa alkali. Alkohol
yang digunakan konsentrasinya berada di kisaran 95-96% karena etanol 95%
merupakan pelarut lemak yang baik.
Fungsi Penambahan Indikator PP
Pemberian
tiga tetes indikator PP adalah sebagai indikator pembuktian bahwa bahan
tersebut bersifa asam atau basa. Pada prktikum ini setelah dititrasi dengan KOH
, larutan alkohol dan minyak kelapa yang telah ditetesi indikator PP berubah
warna menjadi merah muda. Hal ini membuktikan bahwa larutan tersebut bersifat
basa.
Fungsi Penambahan KOH
Penggunaan
KOH saat proses titrasi adalah untuk menentukan kadar asam lemak bebas yang
terkandung dalam minyak kelapa. Jumlah volume yang digunakan dalam proses
penentuan asam lemak bebas. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan bahya volume
yang diperoleh dari proses titras digunakan dalam perhitungan penentuan kadar
asam lemak bebas yang tergantung pada suatu bahan pangan.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum
diperoleh hasil angka peroksida pada minyak bekas yaitu 75VmEq/mg. Sedangkan
untuk nilai batas bilangan peroksida ( nilai ketengikan ) suatu minyak adalah 100
ppm.
Angka Asam adalah banyaknya mg NaOH yang dipelukan
untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 g lemak atau minyak.
Angka asam yang didapat dari sampel adalah: 0,2397
Tidak ada komentar:
Posting Komentar