Jumat, 23 Desember 2016

Laporan Praktikum Analisis Serat Kasar pada Rumput Laut


LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SERAT KASAR PADA RUMPUT LAUT
Kelompok 1

Aulia Wibiksana
51153210976


SEKOLAH TINGGI PERIKANAN




PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Serat sangat penting dalam proses pencernaan makanan dalam tubuh, kekurangan serat dapat menyebabkan konstipasi, apenaistis, alverticulity, hamoroid, diabetes militus, kanker koloni, penyakit jantung koroner dan batu ginjal. Kekurangan serat juga dihubungkan dengan berbagai penyakit gastrointestinal (Almatsier, 2003).
            Serat dalam makanan (dietary fiber) bukanlah satu kelompok bahan pangan yang memiliki sifat kimia yang mirip. Meskipun umumnya tergolong karbohidrat kompleks. Namun berdasarkan sifat kimiawi sebenarnya mereka sangat heterogen. Ada yang berasal dari polisakarida penyusun dinding sel tumbuhan (struktural) : selulosa, hemiselulosa dan pektin. Ada pula yang termasuk polisakarida non struktural ; getah (secrete dan reserve gums). Kelompok lain adalah polisakarida asal rumput (agar, carragenans dan alginates). Berdasarkan sifat fisik kimia dan manfaat nutrisinya serat dalam makanan dapat dikelompokkan dalam 2 jenis larut (soluble) dan tidak larut (insuble) dalam air. Serat yang sauble cenderng bercampur dengan air membentuk jaringan gel (seperti agar) atau jaringan yang pekat. Sedangkan serat yang insoluble umumnya bersifat higoroskopis mampu menahan air 20 kali dari beratnya. Oat yang berasal dari biji-bijian (cereals) umumnya bersifat insoluble. Sedangkan serat dari sayur buah dan kacang-kacangan cenderung bersifat soluble (Widjanarko, 2000).
            Serat kasar ialah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam kuat dan basa kuat selama 30 menit yang dilakukan dilaboratorium. Dengan proses seperti ini bila merusak beberapa macam serat yang tidak dapat dicerna oleh manusia dan tidak dapat diketahui komposisi kimia tiap-tiap bahan yang membentuk dinding sel (Pi wang, 2008).

B.     Tujuan
            Tujuan dilakukan praktikum ini ialah agar paktikan dapat melakukan analisa kadar serat kasar dalam bahan pangan khususnya pada rumput laut.

C.   Waktu dan Tempat
            Praktikum Serat Kasar dilaksanakan pada hari Rabu, 30 November 2016 pada pukul 09.00 wib – selesai di Laboratorium Kimia Sekolah Tinggi Perikanan.


KAJIAN PUSTAKA

A.    Karakteristik Sampel
Menurut Anggadiredja et al., (2006), rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tubuh melekat pada substrat tertentu tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati, tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Rumput laut pun dapat melekat pada tumbuhan lain secara epifitik. Klasifikasi rumput laut jenis Euchema adalah sebagai berikut :
Divisio                         : Rhodophyta
Kelas               : Rhodohyceae
Bangsa            : Gigartinales
Suku                : Silerisceae
Marga              : Eucheuma
Jenis                : Euchema Spinosum (Euchema denticulatum)
  Euchema cottoni (kappaphycus alvareali)
Table 1. Kandungan nutrisi Euchema sp dalam setiap 100 gram porsi makanan
Komposisi
Prosentase
Air
91,32 gr
Energi
26 kkal/107 k
Protein
0,54 gr
Lemak total
0,03 gr
Karbohidrat
6,75 gr
Serat Makanan
0,5 gr
Gula
0,28 gr
Kalsium
54 mg
Fe
1,86 mg
Mg
67 mg
K
226 mg
Na
9 mg
P
5 mg
Zn
0,58 mg
Cu
0,061 mg
Mn
0,373 m
Se
0,7 mg
Vit.C
43 mg
Vit. E
0,87 mg
Vit. K
2,3 mg
Folat
85 mg
Sumber : Wibowo (2009),

           
Menurut Winarno (1996) dalam Wirjainadi et. al., (2002), Komposisi utama dari rumput laut yang dapat digunakan sebagai bahan pangan adalah karbohidrat, tetapi karna kandungan karbohidrat sebagian besar terdiri dari senyawa gumi yaki polimer olisakarida yang berbentuk serat, dikenal sebagai diatary fiber maka hanya sebagian kecil saja dari kandungan karbohidrat yang dapat diserap dalam sistem pencernaan manusia. Kandungan gizi rumput laut terpenting justu pada trace element, khususnya yodium yang berkisar 0,1 – 0,15% dari berat keringnya.
            Rumput laut dapat bermanfaat untuk membersihkan usus, memperbaiki proses pencernaan dan penyerapan sari makanan serta memperbaiki usus (Suryaningrum et. al., 2006).
            Pada hakekatnya Euchema sp tidak mempunyai akar, batang dan daun yang berfungsi seperti pada tumbuhan darat tetapi euchema sp terdiri dari semacam batang yang disebut thallus. Euchema sp mempunyai thallus silindris, permukaan yang licin, berwarna merah atau merah oklat yang disebabkan oleh pigmen fikoeritin, memiliki benjolan dari duri berdekatan kedaerah pangkal (Olviany, 2009). Rumput laut jenis Euchema cottoni menghasilkan karegenan yang dapat bereaksi dan berfungsi baik dengan gula, pati, gum dan lain –lain (Astawan et. al., 2004).

B.    Macam-macam Serat Kasar
Polisakarida sebagai penguat tekstur atau penghasil serat (dietary fiber) seperti selulosa, hemiselulosa, pectin dan gel pectin (Budianto, 2009). Ada 2 macam golongan serat yaitu yang tidak dapat larut air dan yang dapat larut air. Sserat yang tidap larut dalam air adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin. Serat yang dapat larut dalam air adalah pectin, gum mucilage, glikan dan alga (Almatsier, 2003).
            Serat makanan yang diterjemahkan dari dietary fiber menurut Trowall (192) merupakan bagian sel tanaman yang tidak dapat dicernakan oleh enzin dalam tubuh kita. Pada tahun 1974 ia mengemukakan bahwa serat terdiri dari polisakarida yang terdapat pada dinding sel, lignin, lipid tumbuhan dan zat-zat yang tidak dapat diidentifikasi. Serat makanan terutama terdiri dari selulosa. Disamping itu terdapat senyawa-senyawa lain seperti hemiselulosa, pectin, gum tanaman, mucilage, lignin dan polisakarida yang tersimpan dalam tanaman dan alga (Poedjiadi dan Supriyanti, 2007).
            Komponen serat pangan dalam berbagai bahan pangan menurut Muchtadi (2001), sebagai berikut :
Jenis bahan pangan
Jenis jaringan
Komponen serat pangan
Buah-buahan dan sayuran
Terutama jaringan parenkim
Selulosa, substansi pekat, hemiselulosa dan beberapa glikoprotein
Beberapa jaringan terlignifikasi
Selulosa, lignin, hemiselllulosa dan beberapa jenis glikoprotein
Serealia dan hasil olahannya
Jaringan parenkim
Hemiselulosa, ester, selulosa, ester fenol dan glikoprotein
Jaringan terlignifikasi
Hemiselullosa, selulosa, lignin, ester, fenolit dan glikoprotein
Tabel 2.  Komponen serat kasar dalam bahan pangan.

            Dissebutkan bahwa kebutuhan serat untuk tubuh manusia sangatlah bervariasi menurut pola makanan dan tidak ada anjuran kebutuhan sehari secara khusus untuk serat makanan. Konsumsi serat rata-rata sebesar 25 gram/hari dapat dianggap cukup untuk memelihara kesehatan tubuh (Garrow J. S, et.al., 1993) dalm Wirjatmadi et.al., 2003)
            Demikian pula, tidak ada anjuran kebutuhan sehari secara khusus untuk serat makanan. Lembaga kanker amerika menganjurkan makan 20-30 gram serat sehari. Di Indonesia pada saat ini tidak ada kekhawatiran kekurangan makan serat, bila dipertahankan pola makanan yang ada dengan makanan pokok, kcang-kacangan, sayuran dan buah-buahan dalam jumlah yang cukup (Almatsier, 2003).
             Sampai saat ini kecukupan konsumsi serat pangan belum ditetapkan pihak yang berwenang, tetapi anjuran konsumsi menetapkan konsumsi serat pangan untuk orang dewasa sehat adalah sekitar 20-30 gram perhari. Perbandingan serat larut dan serat tidak larut yang konsumsi sebaiknya 1:3 (Muchtadi, 2009).
            Kebutuhan serat pria dan wanita berbeda. Pria membutuhkan 38 gram serat perhari, sedangkan wanita 25 gram perhari (Noorastuti dan Nugraheni, 2001). Menurut Cyberhealth (2002), kebutuhan serat untuk orang Indonesia seharusnya berkisar antara 25-35 gram perhari. Cara untuk mencukupi kebutuhan serat sebagai berikut :
1.    Makan beraneka ragam makanan dalam jumlah yang cukup.
2.    Konsumsi buah dan sayuran segar.
3.    Makan kulit dan juga membrane buah yang sudah dibersihkan.
4.    Konsumsi sereal ataupun roti gandum yang kaya serat.
5.    Minum cukup air dan mengkonsumsi serat dari bahan makanan alami.

C.    Sumber Serat Kasar
            Serat yang terlarut air terdapat pada buah-buahan, beberapa jenis kacang-kacangan dan beberapa biji-bijian seperti oat dan barley. Insoluble Fiber (serat tak terlarut) banyak dijumpai dalam sayuran dan kulit gandum (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010).
            Menurut Minarno dan Hariani (2008), serat makanan yang tidak larut air (lapisan luar biji-bijian dan kacang-kacangan, bagian sekam dan dedak , inti wortel, apel dan jambu biji) member volume atau isi dalam lambung sehingga menimbulkan rasa kenyangyang lama. Serat makanan yang larut dalam air (sayuran, buah-buahan, padi-padian, kacang-kacangan, biji-bijian dan rumput laut) mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
·         Mampu menyerap air
·         Dapat membentuk larutan dengan viskositas atau kekentalan yang tinggi.
·         Mampu mengikat asam empedu
·         Dapat mengalami peragian atau fermentasi.

METODOLOGI PRAKTIKUM

A.   Alat dan Fungsi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum analisa kadar serat kasar adalah :

·         Erlenmeyer 500ml                        : Untuk tempat sampel
·         Beaker glass 250ml          : Untuk tempat H2SO4 200ml
·         Gelas ukur                        : Untuk Menakar aquadest, H2SO4, NaOH dan alcohol sesuai                     kebutuhan.
·         Cawan petri                       : Tempat sampel saat dikeringkan dalam oven
·         Hot plate                            : Untuk mendidihkan larutan H2SO4, aquadest dan NaOH
·         Corong                              : Untuk membantu proses penyaringan
·         Timbangan digital              : Untuk menimbang sampel dengan ketelitian 0,01 gr
·         Oven                                 : Untuk mengeringkan sampel selama 24 jam pada suhu 100oC  
·         Gelas ukur 100ml             : Untuk menakar aquadest sesuai kebutuhan.
·         Neraca analitik                  : Unutk menimbang zat yang butuh ketelitian tinggi
·         Kertas saring                     : Untuk menyaring larutan gar didapatkan endapan
·         Spatula                              : Untuk mengaduk sampel

B.   Bahan dan Fungsi
Bahan-bahan yang digulakan dalam praktikum materi analisa serat kasar ialah :
·         Rumput laut (Euchema cottoni)    : sampel analisa kadar serat
·         Aquadest                                       : Sebagai pelarut dan pengencer.
·         H2SO4 1.25% 50 ml                      : Sebagai pelarut dalam analisa serat kasar.
·         NaOH 3.25% 50 ml                      : Sebagai pelarut dalam analisa serat kasar.
·         Etanol                                            : Sebagai pelarut lemak.
·         Air                                                  : Untuk mencuci peralatan
·         Tissue                                            : Untuk membersihkan peralatan.
·         Kertas label                                   :Untuk member tanda pada sampel dan larutan yang digunakan.
       

C.   Skema Kerja

Sampel rumput laut basah dipotong kecil
Ditimbang
Sampel  1 : 3.98 gr
Sampel 2 : 4.05 gr,
dimasukkan erlenmeyer 250 ml

Tambahkan 50 ml H2SO4 1.25 %
Dipanaskan diatas hot plate selama 30 menit dengan suhu 23.50C
Ditambah NaOH 3.25 % sebanyak 50 ml lalu dipanaskan
Timbang kertas saring pada neraca analitik
Disaring dan dicuci dengan :
H2SO4 1.25 % panas 25 ml
Aquades panas 25 ml
Etanol 96 % 25 ml
Masukkan kertas saring ke cawan porselin dan dioven pada suhu 105oC
Dihitung tiap 30 menit sekali sebanyak 3 kali
Disimpan di oven 1 hari
Hasil
(berat residu adalah berat serat kasar)

PEMBAHASAN
A.    Analisa Prosedur
            Pada praktikum gizi ikan dengan materi analisa serat kasar ini menurut Sudarmadji. et. al., (2007) bertujuan untuk mengetahui penilaian kualitas bahan makanan karna merupakan indeks dan menentukan nilai gizi yang terdapat dalam bahan pangan. Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu prose pengolahan bahan makanan. Dengan demikian presentase serat dapat dipakai untuk menetukan kemurnian suatu bahan atau efesiensi suatu proses.
            Praktikum ini menggunakan sampel rumput laut, pertama yang dilakukan ialah menghaluskan sampel rumput laut dengan blender dan mortar dengan tujuan agar memperluas permukaan sampel. Selanjutnya dikeringkan dalam oven selama semalam pada suhu 105°C untuk mengeringkan sampel. Sampel yang telah kering dan halus ditimbang 5 gram dengan timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 gram dan dimasukkan kedalam erlemenyer 600 ml.
            Setelah itu, ditambah 3 tetes anti koam yang berfungsi mencegah timbulnya gelembung pada proses pemanasan dalam pendingin balik. Dan juga ditambah H2SO4 mendidih sebanyak 200 ml. ( 1,25 gram H2SO4 pekat / 100 ml = 0,0225 N H2SO4 ). Kemudian ditutup dengan pendingin balik, lalu didinginkan selama 30 menit, dimana fungsi dari pendingin balik yaitu mencairkan kembali uap air yang terbentuk. Penambah H2SO4 berfungsi untuk memecah dinding sel rumput laut ( digesti sampai suasana asam ).
            Kemudian saring supernatan dengan kertas saring dan residu yang tertinggal dalam erlemenyer dicuci dengan aquadest mendidih 10 ml. Setelah residu dipindahkan lagi secara kuantitatif dari kertas saring kedalam erlenmeyer 250 ml dengan menggunakan spatula dan dicuci dengan NaOH yaitu untuk memecah dinding sel rumput laut ( digesti sampai suasana basa ). Selanjutnya didinginkan pada pendinginan balik selama 30 menit.
            Setelah itu disaring dengan kertas saring yang kering dan sudah diketahui beratnya sambil dicuci dengan larutan K2SO4 10%. Kemudian dicuci lagi dengan aquadest mendidih dan juga 15 ml alkohol 95%. Fungsi dari K2SO4 10% ialah untuk menghilangkan protein. Fungsi alkohol adalah untuk melarutkan lemak vitamin dan mineral serta menetralkan pH. Kemudian kertas saring dan sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 100°C selama 2 jam. Selanjutnya didinginkan dalam desikator 15-20 menit dan ditimbang beratnya.

Dihitung % serat kasar dengan rumus :
% serat kasar = x 100%

 



B.    Analisa Hasil
            Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum ini dengan sampel rumput laut basah didapatkan hasil yaitu sampel ke-1 1.72% dan sampel ke-2 1.49%. Serat kasar tertinggi yaitu pada sampel ke satu. Sumber serat kasar makanan yang tidak larut dalam air ( lapisan luar biji bijian dan kacang kacangan) dan serat makanan yang larut dalam air ( sayuran, buah-buahan, dan padi-padian ).
            Lembaga kanker Amerika menganjurkan makan serat 20-30 gram sehari. Penyakit yang disebabkan kekurangan serat yaitu terjadi divertikulasi ( Almatsier, 2003 ).











PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Berdasarkan praktikum gizi ikani pada materi analisa serat kasar maka dapat disimpulkan bahwa :
·         Serat kasar adalah residu dari bahan makanan atau pertanian setelah diperlakuan dengan asam alkali mendidih, dan terdiri dari selulosa dengan sedikit lignin dan rentosa.
·         Sumber serat adalah serat makanan yang tidak larut dalam air (lapisan luar biji-bijian dan kacang-kacangan dan lain sebagainya) dan serat makanan yang larut dalam air (sayuran, buah-buahan, padi-padian).
·         Manfaat nutrisi serat kasar adalah mengurangi gangguan sembelit (congtipatian) appenditis, divertinulosis, hemoroid, diabetes militus, kanker kalon, penyakit jantung koroner, batu ginjal dan gastriintestinal.
·         Prinsip analisa serat kasar adalah semua zat-zat organik yang tidak dapat larut dalam H2SO4 0,3 N dan larutan NaOH 1,5 N yang berturut-turut dipanaskan selama 30 menit.
·         Berdasarkan data dan perhitungan diketahui kadar serat kasar terbesar pada kelompok 6 yaitu sebesar 22% sedangkan kadar terendah pada kelompok 5 yaitu sebesar 15,24%.
·         Semakin tinggi kadar serat dalam suatu makanan dianggap makin rendah nilai gizi makanan tersebut dan serat dibutuhkan sekisar 25-30 gram serat setiap hari.

B.    Saran
            Saran yang diberikan untuk praktikum analisa kadar serat kasar yaitu sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan analisa serat kasar, agar dalam bahan pangan dapat diperoleh data yang akurat, serta alat-alat praktikum ditambah agar kegiatan praktikum dapat berjalan dengan efisien waktu.




DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Anggadiredja, J ; Achmad & Heri. P., Sri.I. 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya. Depok




LAMPIRAN

Perhitungan Kadar Serat Kasar
Rumus :
                               % serat kasar =  x 100%
*      Kelompok 1

Sampel 1        =  X 100% = 1.72 % serat kasar

Sampel 2        =  X 100% = 1.49 % serat kasar
Dimana:
W         = Berat sampel (gram )
W1         = Berat abu
W2         = Berat setelah dioven – berat kertas saring










LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar